Thursday, April 15, 2010

Menjaga Kerahasiaan Pribadi di Social Media

Ssssttttt...... Menjadi seorang yang eksis di dunia maya memang terdengar menyenangkan. Kita dikenal banyak orang karena popularitas kita. Nggak bedalah dengan saat di sekolah atau kampus. Kita selalu ingin menjadi yang populer dengan berteman dengan banyak orang. (hehe... ngaku juga). Di social media pun persepsinya masih serupa. Ada yang melihat popularitas dari jumlah temannya di Facebook atau follower-nya di Twitter atau daftar kontaknya di Yahoo! Messenger. Nggak ada yang salah dengan itu. Hanya saja semakin banyak yang “kenal” dengan kita, semakin besar potensi kita pula terhadap ancaman bahaya.

Beberapa tips berikut mudah-mudahan bisa membantu mengurangi resiko bahaya yang mengancam diri kita seiring dengan meningkatnya popularitas kita di jagad social media.

  • Kalau untuk kebutuhan personal, sebaiknya tidak membuka profil Facebook untuk publik. Atur agar profil hanya bisa dilihat oleh teman kita saja.
  • Tidak sembarang menyetujui seseorang yang mengajak kita berteman di Facebook. Saat ia berteman dengan kita di Facebook, ia akan bisa melihat seluruh profil, foto, dan aktivitas kita. Ia bisa memonitor apa yang kita kerjakan setiap harinya. Kalau tidak kenal, lebih baik tolak saja. Kalau kita ragu-ragu antara kenal dan nggak, kita bisa menyetujuinya, namun masukkan ke dalam list terpisah. Atur privacy agar semua orang dalam list ini tidak bisa melihat aktivitas kita.
  • Tidak mencantumkan data yang terlalu pribadi di profil Facebook, seperti: alamat rumah, telepon rumah, telpon selular pribadi, dan hal-hal lain yang bisa memudahkan orang untuk mencari kita. Kalau memang kita ingin memanfaatkan Facebook untuk kepentingan profesional, maka cantumkan nomor telepon selular khusus untuk kepentingan pekerjaan saja.
  • Tidak memasang foto-foto yang sangat pribadi di Facebook, blog, atau di manapun. Karena sekalinya foto itu tayang, besar kemungkinannya foto itu akan cepat terunduh oleh orang lain dan tersebar tanpa kendali.
  • Menulis di blog memang menyenangkan. Namun menulis hal-hal yang terlalu pribadi dan membaginya kepada orang lain punya potensi bahaya pula. Kadang kita ingin curhat akan suatu hal yang sangat sensitif. Karena kita tidak bisa menceritakannya ke orang lain, lalu kita menuliskannya di blog. Masalahnya, blog berada di ranah publik. Bukannya rahasia yang kita dapat, malah sebaliknya, semua orang jadi tahu rahasia kita. Kalau memang ingin mengutarakan hal sensitif di blog, jangan lupa untuk membuat tulisan itu ter-password.
  • Twitter juga ranah publik. Kita perlu memilah-milah apa yang perlu kita sampaikan di sini. Memang kita bisa memaki-maki seseorang di Twitter, tapi ingatlah kalau apa yang kita tulis bisa dibaca oleh semua pengguna Twitter, apalagi kalau akun kita tidak terproteksi. Bisa jadi orang yang dimaki-maki akan membaca tweet kita dan mengajukan tuntutan. Ingat kasus Luna Maya? Setiap individu punya kebebasan pribadi asalkan kebebasannya tidak melanggar kebebasan orang lain.
  • Hindari menggunakan password yang sama untuk setiap social media populer. Seandainya terjadi kebocoran password di salah satu situs, setidaknya profil kita di situs lainnya tetap aman.
  • Berhati-hati terhadap informasi yang bersifat phising, seperti misalnya mengklik email dari orang tak dikenal (meski di alamat URL-nya ada kata-kata facebook.com, twitter.com, yahoo.com, dll). Bisa jadi URL itu mengarah ke situs palsu yang meminta kita untuk mengisi login dan password kita di Facebook, atau social media lainnya. Bila memang pernah melakukan ini, segera ganti password kita di situs aslinya.
  • Berhati-hati saat ada orang tak dikenal yang mengajak kita chat via Yahoo! Messenger, Gtalk, Skype, mIRC, dll. Jangan sebutkan nama lengkap kepada mereka. Jangan umbar data dan kebiasaan pribadi ke mereka. Apalagi sampai bercakap-cakap via webcam dengan mereka.
 So, waspadalah! waspadalah!




(media-ide)

1 komentar:

ihsan said...

nice one dude... i like this!