Tuesday, August 4, 2009

Sikap Kontradiktif AS Soal Palestina

Bersamaan dengan kelanjutan dukungan membabi buta Washington terhadap rezim Zionis, Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton menyesalkan penghancuran sejumlah rumah Palestina di berbagai kawasan timur Baitul Maqdis. Dalam konferensi pers bersama dengan sejawatnya dari Yordania, Nasser Judeh, di Washington, Clinton mengatakan,"Keputusan Israel mengusir sejumlah keluarga Palestina dari kawasan timur Baitul Maqdis dan menempatkan Yahudi di kawasan tersebut bertentangan dengan komitmen Israel dalam Peta Jalan. Dengan demikian, aksi ini secepatnya harus dihentikan."

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah AS berulangkali mengkhawatirkan penghancuran rumah-rumah warga Palestina dan pembangunan permukiman Zionis di Tepi Barat Sungai Jordan dan Baitul Maqdis Timur. Kritik tersebut menyebabkan hubungan pemerintahan Barack Obama dan rezim Zionis menjadi perhatian kancah politik dan media-media di dunia.

Kini muncul pertanyaan, apakah Obama bermaksud meninjau kembali hubungan mesra negaranya dengan rezim Zionis, ataukah kritik Washington terhadap Tel Aviv sebagai bentuk upaya membela Zionis? Karakter hubungan AS dan Israel selama 60 tahun terakhir dan pengaruh luas lobi Zionis dalam struktur kekuasaan di AS sangat menyulitkan kemungkinan terjadinya perubahan terhadap hubungan Washington-Tel Aviv.

Selama 60 tahun terakhir, para pejabat tinggi AS dari dua partai besar negara ini, Demokrasi dan Republik, berkomitmen penuh mendukung eksistensi Israel. Obama pun berjalan berdasarkan jalur tersebut. Meskipun demikian, terdapat perbedaan antara kebijakan pemerintah Obama dengan pemerintah AS sebelumnya. Perangkat diplomatik AS sengaja mengkritik pemerintah Benjamin Netanyahu guna memulihkan wajah AS yang sudah tercoreng di dunia, khususnya kalangan muslim.

Pejabat tinggi Gedung Putih berkeyakinan bahwa kebijakan ekstrim Netanyahu akan berujung pada kemenangan gerakan muqawama Islam di Timur Tengah dan kehancuran rezim Zionis. Dengan demikian, para politisi AS saat ini mengingatkan para pemimpin Tel Aviv agar menghentikkan poses ilegal pembangunan permukiman Zionis di tanah Palestina. Dengan cara itu, Rezim Zionis Israel tidak akan terkucilkan di dunia ini

AS dan Israel dalam sebuah pembagian agenda politik, berupaya menekan kehendak bangsa Palestina yang bersikeras membebaskan seluruh wilayah Palestina, dengan cara menghentikan sejumlah proyek pembangunan permukiman Zionis, Melalui cara itu, mereka dapat memaksa bangsa Arab memberikan intensif baru dalam perundingan damai. Dengan dasar ini, alih-alih memberikan sanksi terhadap rezim Zionis karena melanggar ketentuan internasional, Gedung Putih malah meningkatkan tekanan politis terhadap negara-negara Arab agar memulihkan hubungan dengan Zionis. Inilah sikap kontradiktif kebijakan luar negeri AS terkait transformasi Palestina. [irib]

0 komentar: