“Tapi, anak-anak ini juga jenius,” ujar Pak Asperger. “Mereka sangat cepat menyerap berbagai informasi yang berhubungan dengan sesuatu yang mereka sukai. Contoh, suka pada pesawat terbang. Seluk beluk pesawat terbang pasti tau dengan detail. Makanya, saya senang menyebut mereka sebagai little professor!”
Walau istilah autis dalam terminologi modern pertama kali diperkenalkan oleh Pak Asperger, tapi autis itu sendiri konon udah ditemukan sejak lama, jauh sebelum istilah autis dibuat. Bukti akan hal ini antara lain bisa diliat dari tulisan Martin Luther (seorang rohaniawan Jerman yang hidup antara tahun 1483 – 1546), yang berjudul Table Talk. Di situ Pak Luther nyeritain tentang seorang anak berumur 12 tahun yang memperlihatkan gejala-gejala autis. Cuma aja, karena Pak Luther belum tau penjelasan ilmiah tentang gejala-gejala autis, dia menyangka kalo tuh anak.... Soulless mass of flesh possessed by the devil! Hehehe….
Lama setelah kepergian Pak Luther, pada tahun 1910 baru ada seorang psikiater asal Swiss yang mengulik soal ini. Psikiater bernama Eugen Bleuler itu menyimpulkan bahwa gejala-gejala tersebut merujuk pada gangguan psikologis: schizophrenia (baca: gila). Pak Bleuler lalu menamai gejala-gejala itu dengan autismus, yang diambil dari kata dari bahasa Yunani: autos (yang berarti self).
Nah, abis Pak Bleuler, muncul Pak Asperger tadi! Pak Asperger yang kala itu merupakan salah satu psikiter di Vienna University Hospital mengadaptasi terminologi autismus versi Pak Bleuler jadi autistic psychopathy (autism = self, psychopathy = personality disease). Cuma dalam perjalanan penelitiannya, Pak Asperger mendapati kalo penderita autis itu nggak gila! Mereka hanya mengalami gangguan perkembangan sel-sel saraf otak yang menyebabkan kelakuannya jadi aneh bin ajaib gitu.
Jadi, Autis Itu Apa?
Autis adalah.... A spectrum of neurodevelopment condition! It’s a part of brain developmental disorder. – (definisi dari Autism Research Center, USA). Simpelnya, seseorang dikatakan menderita autis karena mengalami gangguan perkembangan sel-sel saraf otak yang menyebabkan dia jadi nggak bisa berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain, bahkan dengan orang-orang terdekatnya sekali pun seperti bokap-nyokap serta saudara-saudara kandungnya. Si penderita seolah hidup dalam dunia sendiri dan nggak peduli sama sekali dengan sekeliling!
Kapan tepatnya gangguan itu mulai bercokol? Entahlah.... Yang jelas pada umumnya gejala-gejalanya udah bisa keliatan sebelum penderitanya berumur tiga tahun. Meski, nggak sedikit juga yang baru ketauan setelah penderitanya duduk di bangku TK atau malah SD tahun-tahun awal.
Apa Penyebab Autis?
Susah tuh ngejawabnya! Soalnya, sampe sekarang para ahli belum juga satu suara kalo ngejelasin tentang penyebab autis. Ada ahli yang bilang faktor genetis berperan besar dalam menyebabkan seseorang menderita autis. Sedangkan ahli lain mengklaim autis sebagai cacat bawaan lahir akibat bercokolnya sebuah atau beberapa buah “agent” (contoh: zat beracun dari obat-obatan yang tertransfer dari tubuh bokap-nyokap ke jabang bayi).
Terus, ada lagi ahli yang “nyalahin” vaksin-vaksin yang diberikan pada bayi, terutama vaksin Hepatitis B! Katanya sih, vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles, dan Rubella ) mengandung zat pengawet bernama thimerosal, yang terdiri dari etilmerkuri, yang menjadi penyebab utama autis.
Mana yang paling bisa dipercaya? Tau, aaah....
Gejala-Gejala Autis
1. Nggak bisa membentuk relationship dengan siapapun.
2. Selalu menghindari kontak mata dengan orang lain. Entah itu karena nggak suka, atau emang nggak bisa.
3. Nggak bisa diajak komunikasi dua arah.
4. Kalopun ngomong, bahasa yang dipake oleh penderita autis tuh bahasa “Tarzan”! Nggak ada seorang pun yang ngerti kecuali dia sendiri.
5. Lebih tertarik pada benda mati daripada manusia atau mahluk hidup lainnya. Tapi, benda mati yang disukainya biasanya juga cuma satu. Pokoknya, ke mana-mana itu aja yang dia mainin!
6. Repetitive behavior! Misalnya, suka banget melakukan gerakan berputar-putar seperti gasing. Nanti kalo dilarang, dia bakal ngamuk-ngamuk, bos! Dan kalo udah ngamuk, kalo nggak menyerang orang lain, penderita autis akan menyakiti dirinya sendiri. [hai-online]
0 komentar:
Post a Comment