Tuesday, July 22, 2014

Tontonan Dua Layar

“Gol... gol... gol…”, teriak seorang reporter bola menyoroti jalannya pertandingan. Masih ingatkah gelaran piala dunia 2014 yang diselenggarakan di Brazil? Tentu, kita masih ingat. Acara empat tahunan ini baru saja selesai beberapa pekan yang lalu. Dan tim Panzer Jerman yang keluar sebagai juaranya. Piala dunia yang digelar di negeri samba kali ini, menampilkan tim-tim terbaik mancanegara, dari benua Amerika, Eropa, Asia dan Afrika serta tidak ketinggalan Australia. Dari mulai tim-tim papan atas sampai tim-tim menengah. Terdapat beberapa tim yang waktu piala dunia lalu bermain, sekarang tidak ikut bergabung dalam piala dunia kali ini. Diantaranya, Swedia, Rumania, Turki dan yang lainnya. Justru, tim-tim baru masuk bergabung dalam gelaran piala dunia kali ini. Seperti, Belgia, Kostarika, Aljazair, dan yang lainnya.

Gelaran empat tahunan kali ini menampilkan perubahan yang sensasional. Sebagian tim-tim baru yang tidak dijagokan melaju lepas dan keluar dari grup setelah menghadang lawan-lawannya, seperti tim baru Belgia dan Aljazair. Jejak ini juga diikuti oleh Kostarika dan Kolombia. Sebaliknya, tim-tim besar seperti Inggris dan Italia yang diunggulkan justru harus pulang lebih cepat. Dan yang di luar dugaan kebanyakan pengamat dan para penikmat bola, tumbangnya juara piala dunia sebelumnya, raksasa Spanyol. Selain kalah telak dari Belanda, Spanyol juga harus angkat koper lebih dulu.

Sejak awal gelaran piala dunia, begitu antusiasnya para penikmat bola. Mereka berani mengeluarkan ribuan dolar demi datang ke Brazil dan menyaksikan tim kesayangannya bermain. Mereka datang dari berbagai belahan dunia. Mereka para turis asing ini datang ke Brazil selain menonton tim kesayangannya, juga menjadikan Brazil sebagai tempat berlibur dan rekreasi. Sorotan mata seantero dunia waktu itu tertuju pada gelaran ini. Para penikmat bola yang tidak memiliki kesempatan berangkat ke Negeri Samba Brazil, mereka memasang layar besar di Negaranya masing-masing dan menonton bersama. Para pengamat bola tidak hentinya mengamati perkembangan jalannya piala dunia ini. Pengamatan dari mulai tim, pemain, pelatih sampai dengan sejarah keberhasilan dan kegagalan sebuah tim. Para reporter dan wartawan berdatangan dari berbagai Negara. Mereka meliput gelaran ini untuk mengisi media-media pemberitaan.

Para penonton dan para penikmat bola dari berbagai negara menyiapkan diri untuk menyambut tim kesayangannya. Mereka memasuki stadion dengan dandanan dan hiasan yang bermacam-macam. Dari mulai bentuk pakaian, hiasan rambut sampai cat warna-warni yang memenuhi wajahnya. Mereka duduk di tempat yang telah disediakan, bersorak, tretawa, tersenyum dan bertepuk tangan melihat permainan tim kesayangannya. Antusias penonton dan kemeriahan gelaran ini memberikan kesan tersendiri. Inilah sekilas tontonan layar besar yang terjadi di piala dunia 2014, Brazil.

Di balik kemeriahan tontonan piala dunia ini, terdapat tontonan lain yang suasananya jauh terbalik dengan gelaran itu. Bukan tontonan yang meriah, yang mendapatkan tepuk tangan dan galak tawa dari para penontonnya. Bukan tontonan yang membuat hati para penontonnya menjadi riang gembira. Bukan pula tontonan yang membuat orang-orang yang menyaksikannya tersenyum lepas.

Ada sebuah gelaran yang membuat para penontonnya menangis sedih. Membuat hati-hati merasa iba dan teriris. Gelaran yang setiap detik dan menitnya adalah ketegangan dan ketakutan, yang setiap harinya adalah luka hati dan kesedihan dan yang setiap bulan dan tahunnya adalah ingatan dan trauma. Gelaran yang sedang terjadi sampai sekarang ini juga mengundang banyak simpati dari berbagai Negara. Sebuah tontonan layar besar, yang mengundang simpati dan menghidupkan kesadaran manusia dan kepedulian. Apa yang terjadi? Apa gelaran yang dimaksud?

Sebuah gelaran yang diperagakan oleh Zionis Israel dalam membantai orang-orang Palestina. Mereka Zionis Israel dengan membabi buta menghancurkan tempat teduh orang-orang Palestina yang ada di Gaza. Membunuh penduduknya dengan pesawat-pesawat tempur. Meluluh lantakan rumah-rumah dan bangunan-bangunan dengan rudal-rudal. Menghantam wilayah itu siang dan malam. Mereka terbangkan pesawat tempur, melesatkan peluru-peluru dan rudal-rudal ke arah yang mereka inginkan. Bagi Zionis Israel, tidak peduli penduduk itu orang besar atau kecil, perempuan atau laki-laki bahkan bayi atau balita sekalipun mereka bantai. Yang ada di benak mereka bahwa orang-orang Palestina itu adalah musuh yang harus dihabisi. Serangan demi serangan bisa mereka lakukan kapan saja. Setiap saat mereka bisa melepaskan puluhan bahkan ratusan rudal untuk membantai orang-orang Palestina. Dan saat-saat seperti inilah yang membuat kebanyakan warga kota Gaza diliputi ketegangan dan ketakutan terutama anak-anak kecil yang tidak tahu harus kemana berlindung.

Sekarang, pemandangan di Gaza penuh dengan keharuan. Reruntuhan puluhan rumah dan bangunan yang rata dengan tanah. Asap hitam mengepul terombang-ambing angin. Ratusan korban berjatuhan sejak awal agresi mereka sampai sekarang. Suasana diliputi kesedihan dan tangisan. Beberapa orang berusaha mencari sesuatu yang masih layak pakai di reruntuhan rumahnya. Membereskan puing-puing reruntuhan sambil diliputi ketegangan dan ketakutan.

Apabila waktu malam datang, ketegangan dan ketakutan yang lebih, menyelimuti warga Gaza. Dalam suasana gelap seperti itu, mereka berusaha dengan cepat mencari tempat perlindungan yang lebih aman. Meskipun begitu, mereka tetap saja dirundung ketakutan, karena mereka tidak tahu ke arah mana rudal-rudal  dan peluru-peluru Israel itu akan dilepaskan. Anak-anak menangis ketakutan. Ayah-ayah dan ibu-ibu merangkul anak-anaknya penuh dengan sayang dan rasa khawatir.

Yang lebih menyakitkan hati adalah adanya sebagian penduduk Israel yang menyaksikan adegan pembantaian ini layaknya tontonan yang memberikan kesenangan, kenikmatan dan kepuasan hati. Mereka seperti sedang menonton adegan film layar besar di sebuah bioskop besar. Segelintir orang-orang Israel dengan semangat dan penuh kesenangan pergi di malam hari ke atas sebuah bukit, sambil membawa tempat duduk hanya untuk menyaksikan penyerangan pesawat–pesawat Israel ke penduduk Gaza. Ketika pesawat Israel melepaskan tembakan dan rudalnya ke wilayah Gaza, terlihat cahaya api dan kepulan asap. Suara dentuman dan ledakankan pun terdengar keras. Mereka, para penonton yang ada di bukit itu menyambut suasana itu dengan riang dan gembira, seolah-olah sedang menyaksikan perhelatan besar turnamen sepak bola. Kesenangan dan kepuasan hati pun mereka rasakan. Semakin banyak rudal yang diluncurkan, semakin bertambah pula kesenangan dan kegembiraan mereka.

Inilah tontonan dua layar yang berbeda. Satu layar memberikan kesenangan, kegembiraan dan kemeriahan. Layar lain menyisakan kedukaan, kepedihan, kesedihan dan kesengsaraan.

Gaza oh.. Gaza, sesaat tertimpa sengsara, sesaat mencapai surga. Freedom for Palestina.

[qmah_science]

0 komentar: