Monday, March 15, 2010

Apakah Al-Quds Akan Menyatukan Kita?


Dengan membaca selintas saja, kita akan menemukan bahwa Al-Quds secara umum atau Al-Aqsha khususnya merupakan dua masalah yang akan menjadi sumber konflik utama dengan Israel.

Jika kita melihat tentang sejauhmana tindakan Zionis terhadap Al-Quds, berupa perampasan tanah yang hampir tiap hari dilakukan terhadap warga di kota-kota maupun yang berada di pelosok pinggiran. Mereka menghancurkan dan atau menghilangkan puluhan rumah, hingga menghilangkan satu kecamatan atau distrik. Disamping sejumlah kelompok radikal Zionis menguasai rumah-rumah milik warga dengan mengusir pemiliknya dan membiarkanya begitu sana di lapangan, dibawah mata dan telinga dunia. Namun tak satupun dari mereka yang bergeming.

Di sisi lain, pencabutan kartu identitas warga serta larangan tinggal di dalam kota merupakan bentuk lain dari siasat pengusiran. Warga yang sudah habis masa berlaku KTPnya tak diberikan surat izin baru. Bahkan hanya untuk merenovasi rumahnya saja perlu izin pemerintah yang tak juga dikeluarkan izinnya. Akibatnya banyak warga yang berfikir untuk pindah meninggalkan tempat tersebut, walau sudah didiami puluhan bahkan ratusan tahun oleh keluarganya.

Tak sampai di situ, sejumlah lembaga atau yayasan yang selama ini membantu kehidupan warga Arab Al-Quds banyak yang ditutup pemerintah Israel.

Di pihak lain, militer Israel selang seling melakukan operasi penangkapan secara besar-besaran, sebagaimana terjadi akhir-akhir ini di kamp pengungsian Saavet, di dalam wilayah Al-Quds. Mereka menangkapi puluhan pemuda. Kita pun belum melupakan penghancuran rumah warga demi pembangunan tembok rasial di sekitar Al-Quds untuk mengisolasi dan mengubah peta demografi Al-Quds. Akibatnya sejumlah permukiman Arab terisolasi dari luar tembok. Sementara tanah yang kosong dimasukan ke dalam wilayah kota Al-Quds atau digabung dengan wilayah permukiman Zionis untuk menyempurnakan proyek Al-Quds Raya.

Demikian juga siasat mereka yang sudah tak asing lagi yaitu menghalangi jema’ah shalat ke Al-Aqsha atau dengan membatasi jumlah jema’ah yang boleh masuk ke dalam masjid tersebut.

Dan jika pembicaraan kita berpindah pada konspirasi Zionis, maka pembicaraan kita akan menjadi sangat panjang. Penggalian di bawah masjid Al-Aqsha dan sekitarnya, seperti Kota Lama masih terus berjalan. Bukti-buktinya bisa kita saksikan dengan jelas. Tempat-tempat yang bersejarah telah hancur akibat galian ini. Ada juga sekolah yang roboh akibat terowongan di bawahnya. Dunia juga belum lupa tindakan Zionis yang menyegel gerbang Al-Mugaribah dan menghanncurkan jalan menuju ke sana dan membangun terowongan di bawahnya. Akhir-akhir ini pemerintah Israel juga mengumumkan tentang niatnya untuk menutup gerbang Al-Amud selama dua tahun ke depan. Padahal gerbang ini dalam sejarahnya belum pernah ditutup. Dengan alasan renovasi, Israel seenaknya saja menutup pintu ini dan sekaligus menutup sentra perdagangan rakyat berada di sekitarnya. Bukankah semua tahu, batu yang ada di Al-Aqsha sudah berpindah ke dalam sinagog ?. bukankah penggalian masih berlangsung di bawah gedung Bani Umayah yang menempel ke masjid ?. bukankah ancaman yang terus menerus dilontarkan kelompok Yahudi radikal yang akan memancangkan peletakan batu pertama Haikal di pelataran Al-Aqsha. Pemerintah Israel pun mengizinkan masuknya warga Yahudi radikal ke dalam masjid untuk melakukan ritual keagamaan Yahudi. Disamping larangan terhadap lembaga wakaf masjid untuk mengadakan perbaikan apapun terhadap masjid, walaupun kebutuhanya sangat mendesak.

Beberapa hari seblum ini, menyutujui pembangunan 43 unit permukiman baru, sebagaimana terungkap rencana mereka untuk menggusur wilayah Syaikh Al-Jarrah, disamping memberikan surat peringatan penghancuran suatu bangunan yang terdiri dari 32 plat dan bangunan yang lain yang terdiri dari lima tingkat. Juga rencana Zionis yang akan menghancurkan puluhan rumah di Al-Bustan dan Silwan, untuk membangun taman Taurat yang mereka namakan Taman Raja dengan bahasa Ibrani. Terinspirasi dengan taman Raja Sulaiman yang menurut keyakinan mereka di kitab Taurat. Semua ini mengisyaratkan kepiluan dan penderitaan yang sangat panjang kalau diceritakan.

Setelah kita melihat semua tindakan Zionis terhadap semua tempat yang disebutkan tadi, Al-Quds, Al-Aqsha, Hebron maupun Betlehem, masihkan tersisa keberanian diantara kita untuk membela luka-luka ataupun penderitaan yang mereka alami dengan mengorbankan kepentingan golongan ataupun partai kita demi menuju persatuan dengan satu tujuan, Al-Quds dan Al-Aqsha, agar menjadi sikap yang mengantarkan kita pada suatu prioritas nasional, mengingat kedudukanya dalam Islam dan pada setiap hati kaum muslimin. Inilah mungkin pintu utama bagi kita sebagai penghantar menuju kesepakatan atas program nasional. Masalah ini akan menjadi pengikat bagi setiap faksi Palestina. sehingga menjadi kesepakatan nasional yang menjembatani setiap warna dan politik.

Tidakkah masalah ini membuat para pemimpin rakyat Palestina mempunyai tanggung jawab yang sama, untuk ditindak lanjuti dengan sikap politik dalam menghadapi semua pelanggaran terhadap Al-Aqsha serat semua konspirasi Yahudi terhadap tempat suci ummat ??

sumber: voice of al-islam

0 komentar: