Saturday, October 31, 2009

Indonesia Can Do It

Hari-hari ini, masa depan bangsa sedang ditentukan. Melalui sebuah acara rembuk nasional yang berlabel National Summit 2009, puluhan menteri, 400 bupati/wali kota, 34 gubernur, ratusan pengusaha profesional, dan akademisi berusaha merumuskan konsep terkait kinerja 100 hari dan rencana pembangunan jangka panjang.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengawali acara strategis itu dengan baik. Kepala negara yang baru memulai tahap pemerintahan keduanya tersebut menyerukan optimisme. Banyak wisdom yang disampaikan, terutama dalam mengobarkan semangat ''Indonesia Bisa''.

''Kalau China bisa, India bisa, mengapa kita tidak bisa. Kita harus bisa!'' katanya seraya melanjutkan, ''Kalau Singapura, Malaysia bisa, kita juga harus bisa!'' Presiden juga mengimbau berbagai pihak yang selama ini mencemooh dan menjelek-jelekkan bangsa sendiri untuk menghentikan pikiran buruk mereka.

Hati kita berdegup kencang menyambut can do spirit yang dikobarkan presiden tersebut. Jika presiden bisa seoptimistis itu, kenapa kita tidak? Negeri ini memiliki banyak orang pandai. Lembaga penelitian milik pemerintah dan swasta bertaburan di mana-mana. Tapi, secara umum, bangsa ini tidak punya motivasi kuat untuk maju dan berdiri sejajar dengan bangsa lain. Bangsa ini sulit bersatu. Energi bangsa ini tidak dihabiskan untuk melawan musuh bersama, melainkan digunakan untuk saling menjatuhkan.

Kelemahan utama bangsa ini bukan terletak pada hard skill, tapi soft skill. Hard skill adalah ilmu pengetahuan, penguasaan teknologi, dan keterampilan profesional. Sedangkan soft skill adalah motivasi, sikap, dan tingkah laku. Kemampuan beradaptasi, berakomodasi, dan merespons secara tepat berbagai hal masuk dalam lingkup soft skill. Begitu pula motivasi, semangat juang pantang menyerah, dan berpikir positif.

Namun, yang perlu ditegaskan bahwa can do it itu seharusnya juga menjadi tantangan bagi pemerintahan baru. Sebab, soft skill di negara-negara maju baru tumbuh dan berdaya guna optimal di tangan pemimpin inovatif dengan mesin pemerintahan yang bersih. Kesadaran atas potensi soft skill tersebut akan sia-sia jika birokrasi korup, masih minim perencanaan, dan bernyali kecil dalam mengeksekusi perencanaan itu.

Sejak era Orde Baru 40 tahun lalu, sistem ekonomi kita belum berubah signifikan. Peran pemerintah tidak menonjol. Semua lebih banyak diserahkan kepada ekonomi pasar. Ekspor Indonesia didominasi ekspor bahan mentah bernilai tambah rendah. Revitalisasi pertanian dan industri tidak berjalan sehingga angka pengangguran dan kemiskinan pun tetap besar. Pembangunan infrastruktur juga sangat lamban.

Karena itu, alangkah bagus jika National Summit 2009 berhasil menguraikan can't do it problem di birokrasi itu. Optimisme yang dilontarkan presiden perlu dijabarkan lebih konkret ke dalam program aksi yang terarah dan terjadwal. Memiliki cita-cita menjadi mandiri, optimistis, dan menjadi negara maju memang mulia. Tetapi, tanpa operator yang berkualitas, semua itu hanya omong kosong. []

sumber: JAWAPOS


0 komentar: